Mosaik Bunda Maria, 'Mater Ecclesiae' -Bunda Gereja

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di L'Osservatore Romano, Javier Cotelo menceritakan bagaimana mosaik yang didesikasikan pada Maria, Bunda Gereja ini akhirnya ditempatkan di Lapangan Basilika St Petrus pada bulan Desember 1981.

Berikut ini sebuah artikel dari sang perancang mosaik ini: Javier Cotelo. Artikel ini diterbitkan di L’Osservatore Romano pada 14 Juni 2011:

Satu dari koleksi arsitektural terbaru yang ada di Lapangan Basilika St Petrus adalah sebuah mosaik yang didedikasikan pada Maria Bunda Gereja, dan bertulisan kata-kata Totus Tuus, sebagai tanda kasih yang mendalam dari Blessed Yohanes Paulus II pada Bunda Maria.

Saya diberi kesempatan khusus untuk mengetahui sesuatu tentang asal mula keputusan untuk meletakkan mosaik ini, yaitu sebagai wujud dari persahabatan luar biasa dari Blessed Yohanes Paulus II dengan kaum muda serta rasa ucapan terima kasihnya yang mendalam.

Selama Pekan Suci di tahun 1980, Paus Yohanes Paulus II menerima audiensi dari beberapa ribu anak muda yang datang ke Roma untuk mengikuti UNIV Conference, yaitu sebuah pertemuan internasional para mahasiswa yang mengambil bagian dalam berbagai aktivitas yang diadakan berbagai Center Opus Dei di seluruh dunia. Acara tahunan ini, yang dimulai pada tahun 1968, menggabungkan keinginan anak-anak muda tsb untuk menghabiskan Pekan Suci Triduum di kota Roma, sebagai kota Rasul Petrus, dan mengisinya dengan aktivitas pengenalan budaya bagi para mahasiswa.

Di akhir audiensi, salah satu dari anak muda itu, Julio Nieto, berkata pada Bapa Suci bahwa di antara semua patung yang ada di Lapangan Basilika St Petrus, dia tidak menemukan satupun sosok Bunda Maria, sehingga Lapangan Basilika St Petrus tampak tidak lengkap. ‘Bagus, baik sekali. Kita perlu menempatkan sentuhan akhir di Lapangan ini,’ demikian jawab Yohanes Paulus II

Percakapan ini sampai ke Msgr Alvaro del Portillo, penerus St Josemaria dan merupakan pimpinan dari Opus Dei. Msgr Del Portillo, tergerak oleh keinginan untuk segera mewujudkan apa yang dia anggap sebagai harapan dari Bapa Suci, maka dia meminta saya untuk mulai memikirkan satu tempat yang tepat bagi sosok Bunda Maria di Lapangan tsb, seraya menambahkan bahwa sosok itu dapat didedikasikan kepada Maria Bunda Gereja. Saat itu saya sedang bekerja sebagai arsitek di Roma dan berkesempatan baik tinggal dekat dengan Prelat Opus Dei di Viale Bruno Buozzi.

Setelah beberapa minggu dan beberapa kali kunjungan ke Lapangan Basilika untuk mencari tempat yang cocok, saya memberi saran pada Msgr Del Portillo satu jalan keluar, yaitu menyediakan beberapa photo-montage  dan rancangan. Saran saya adalah bahwa sebuah jendela di sudut bangunan antara halaman St Damasus dan Lapangan Basilika mungkin bisa diganti dengan sebuah mosaik Bunda Maria.

Pada tanggal 27 Juni 1980, usulan ini disampaikan ke Bapa Suci, dengan disertai tulisan, gambar dan foto, dan juga beberapa rancangan ketinggian dan titik temu yang dihasilkannya dalam lembaran halaman tsb. Setelah berselang beberapa bulan tanpa ada tanggapan, salinan lain lembaran halaman tsb dikirim lagi kepada Bapa Suci melalui sekretarisnya saat itu: Msgr Stanislaw Dziwisz.

Beberapa bulan kemudian, Yohanes Paulus II tertembak di Lapangan St Petrus dan, seperti yang dikatakannya sendiri, hidupnya terselamatkan dan dia mengucapkan syukur atas perlindungan Bunda Maria. Sebagai tanda ucapan terima kasihnya, dia berkenan menempatkan sosok Bunda Maria di Lapangan Basilika St Petrus. Keinginan Paus Roma itu berujung pada dilihatnya kembali usulan dari Msgr Del Portillo dengan lebih dekat oleh pihak yang berkepentingan dalam hal ini di Vatikan, dan tempat yang disarankan itu akhirnya dipilih sebagai lokasi bagi sosok Maria Bunda Gereja.

Mosaik ini (yang mengambil inspirasi dari Madonna della Colonna dari Basilika Constantinian) akhirnya dipasang pada 7 Desember 1981 dan, di hari berikutnya, mosaik itu diberkati Yohanes Paulus II setelah acara Doa Angelus.  Dia sampaikan keinginannya ‘agar semua orang yang datang ke Lapangan St Petrus dapat menengadahkan matanya kepada Maria, memberinya salam dengan kepercayaan seorang anak dan dengan doa.’ 

Saya sering memikirkan peristiwa ini sebagai teladan lain betapa dekatnya Yohanes Paulus II berhubungan dengan kaum muda. Saya masih kagum pada ungkapan yang disampaikan Paus ini, ‘Kita perlu menempatkan sentuhan akhir di Lapangan ini’ sebagai tanggapan dari seorang mahasiswa satu setengah tahun sebelumnya,  dan akhirnya menjadi kenyataan.

Tiga hari kemudian, pada 11 Desember 1981, Paus mengundang Msgr Del Portillo untuk berkonselebrasi bersama dalam Misa di kapel pribadinya dan kemudian diteruskan dengan sarapan. Bapa Suci ingin Msgr Del Portillo tahu betapa sukacitanya dia memberkati sosok Maria Bunda Gereja ini dan juga mengucap terima kasih pada Del Portillo karena telah memberi usulan lokasi mosaik tsb.

Beberapa hari kemudian, Bapa Suci dengan bijaksana mengirimi Msgr Del Portillo gambar dari mosaik tsb, dalam warna hitam putih, yang dipakai untuk membantu penempatan dari potongan-potongan berwarna dari mosaik tsb. Gambar ini, yang ditampilkan dalam sebuah foto, sekarang ada di kantor pusat Prelature Opus Dei.

Adalah Paus Paulus VI yang, pada bulan Nopember 1964, menyatakan harapannya mengakhiri sesi-sesi panjang Konsili Vatikan kedua ‘dengan sebuah sukacita dalam bentuk penghormatan Bunda Maria dengan gelarnya sebagai Bunda Gereja, Mater Ecclesiae.’ Dan Paulus VI menambahkan: ‘Gelar ini akan membantu kita menghormati Maria Tersuci, Ratu Dunia yang penuh kasih, sumber kesatuan sebagai Bunda kita, dan pengharapan yang lemah lembut akan keselamatan kita.’ Sosok Maria Mater Dei ini, yang begitu dekat menyatu dalam ingatan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II, adalah pengingat yang baik bagi semua orang Kristen, dengan melihatnya, agar memohon dia melindungi semua anak-anaknya di dalam Gereja.

Javier Cotelo // L'Osservatore Romano