Peru: Melawan "Lingkaran Setan Kemiskinan"

Dalam sebuah program yang berlangsung selama 3 tahun dan yang diselenggarakan oleh Universitas Piura, lebih dari 500 anak-anak di salah satu daerah termiskin di wilayah Piura di Peru, telah dibantu untuk mengatasi kekurangan gizi yang kronis.

"Meskipun banyak keprihatinan akan adanya kekurangan gizi yang kronis pada hampir separuh jumlah anak-anak di wilayah Piura," kata Dr Gerardo Castillo, Direktur Departemen Ilmu Biomedis di Universitas Piura, "di masa lalu hanya ada upaya parsial dan terputus-putus untuk mengatasinya.Sekarang adalah saatnya untuk menyatukan semua upaya itu dan mencoba untuk benar-benar mencapai hasil yang signifikan. "

Universitas Piura, yang terletak di kota tertua di Amerika Selatan, di sudut barat laut Peru, dimulai pada tahun 1964 di bawah dorongan St Josemaria Escriva.

Dalam menyelenggarakan Program Pemulihan Nutrisi , Dr Castillo menyatakan, "telah diambil keputusan untuk memusatkan perhatian pada salah satu daerah dengan jumlah kasus malnutrisi yang tertinggi, dan mencari bantuan dari organisasi-orgnisasi dari kota-kota dan daerah-daerah lain, menggabungkan semua sumber daya untuk satu usaha ini. "

Perkembangan sosial yang menyeluruh

Program ini, dibiayai oleh Pemerintah Daerah Navarra di Spanyol dan ProPeru di Peru, dimulai pada bulan Januari 2008 dan berakhir pada bulan Desember 2010. Castillo mengatakan bahwa "dari awal kami memfokuskan  program ini ke arah perkembangan sosial yang menyeluruh."

Proyek ini dimulai ketika beberapa penelitian menunjukkan adanya kelemahan mental yang serius pada anak-anak yang kekurangan gizi, bersama dengan adanya kekurangan makanan suplemen dari PRONAA (Program Nasional untuk Penambahan Gizi). Kunci untuk mengatasi masalah itu adalah pendidikan keluarga, terutama ibu-ibu, untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan secara teratur

Sebuah rencana

Untuk membuat rencana yang efektif, telah dilaksanakan sebuah studi yang menyeluruh tentang status gizi balita di wilayah Piura Tengah. Studi ini juga menyelidiki tentang sebabnya timbul penyakit-penyakit seperti diare dan cacing usus yang dapat memperburuk kekurangn gizi.

Dengan informasi dari penelitian ini disusun sebuah rencana berdasarkan atas enam tujuan: 1) kewaspadaan gizi; 2) perawatan medis bagi wanita hamil dan anak-anak; 3) mengatasi kelemahan mental; 4) pendidikan ibu; 5) sumber makanan yang mandiri; 6) menguatkan organisasi masyarakat setempat. Faktor yang paling penting adalah mendidik para ibu dalam merawat kebersihan pribadi dan mencegah penyakit pencernakan. Pada waktu yang bersamaan, diusahakan untuk membantu para ibu menyiapkan makanan dengan biaya rendah tetapi dengan nilai gizi yang tinggi. Langkah pertama adalah untuk membantu keluarga-keluarga untuk memelihara ternak: bebek dan babi, dan untuk menyediakan sumber-sumber makan lain di "bio-gardens."

Wanita, kunciny a

Sadar bahwa kaum wanita adalah factor kunci untuk mengatasi masalah ini, program ini juga bertujuan  untuk meningkatkan harga diri para ibu. Dan karena banyak dari antara mereka belum memiliki Kartu Tanda Penduduk, maka inilah yang  menjadi prioritas pertama. Kemudian Program Keaksaraan Dasar dimulai. Sangat mengherankan jumlah persentase ibu-ibu yang mau mengikutinya.

Ketika PRONNA terbentur masalah dalam menyediakan makanan tambahan dalam suatu periode tertentu, petugas yang bersangkutan sangat khawatir bahwa berat badan anak-anak akan mulai menurun lagi. Tetapi, untunglah ibu-ibu sudah mendapat pendidikan yang memadai mampu mendapatkan sendiri sumber-sumber bahan makanan yang diperlukan.