Surat dari Bapa Prelat (Juli 2014)

Bapa Prelat mengingatkan kita bahwa tanggung jawab untuk mendidik anak-anak dalam iman pertama-tama adalah tugas orang tua, dan Bapa Prelat meminta kita untuk berdoa lebih intensif bagi Sinode para Uskup tentang keluarga.

Anak-anakku terkasih: semoga Yesus menjaga putra-putriku!

Dalam tahun Bunda Maria ini, marilah kita berusaha untuk mengintensifkan doa kita untuk Sinode Para Uskup tentang Keluarga yang akan datang. Paus Fransiskus terus mengimbau "kita berdoa dengan penuh cinta bagi keluarga dan bagi hidup. Doa-doa yang ikut bersukacita dalam sukacita dan ikut menderita dalam penderitaan. . . Dengan demikian, didukung dan dijiwai dengan rahmat Allah, Gereja dapat semakin berkomitmen dan semakin bersatu, dalam memberi kesaksian akan kebenaran kasih dan kerahiman Allah bagi semua keluarga di dunia ini, tanpa kecuali, baik di dalam maupun di luar Gereja. " [1]

Perantaraan Bunda Maria sangatlah penting. Mari kita mohon perantaraannya dengan kepercayaan yang besar, mempersiapkan diri kita untuk pesta Bunda Maria pada tanggal16 Juli. Peringatan liturgi Bunda Perawan Maria dari Gunung Karmel adalah suatu ajakan untuk memanjatkan lebih banyak permohonan kita ke surga. Melalui devosi ini, Gereja mendorong kita untuk memohon pertolongan Bunda Maria, yang bantuan dan perlindungannya sebagai ibu, membuat kita layak untuk mencapai puncak kehidupan yang adalah Kristus. [2]

St John Paul II menekankan kebutuhan katekesis yang mendesak dalam keluarga, terutama sekarang di banyak tempat ada undang-undang anti-agama yang bahkan ingin mencegah pendidikan iman, dan ketidakpercayaan yang meluas atau sekularisme yang invasif, yang tidak memungkinkan pertumbuhan hidup beragama." [3]

Kita dengan sukacita berkomitmen untuk upaya ini, dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan dan dengan optimisme, tanpa membiarkan diri kita terpengaruh oleh lingkungan yang merugikan atau kesulitan-kesulitan yang menghadang Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;, [4] Nabi Yesaya mengatakan." Tuhan tidak pernah berubah. Yang diperlukan adalah orang-orang yang beriman: maka akan terulang lagi keajaiban-keajaiban yang kita baca dalam Kitab Suci. ”[5]

Pendidikan iman dalam keluarga terutama adalah tugas orang tua. Sesuai dengan usia dan karakteristik dari setiap anak, orang tua harus mengajarkan arti yang dalam dari iman dan dari kasih Kristus kepada mereka. "Melalui kesaksian hidup mereka, [mereka] adalah bentara Injil yang pertama untuk anak-anak mereka. Selanjutnya, dengan berdoa bersama anak-anak, dengan membaca firman Allah dengan anak-anak dan dengan secara mendalam memperkenalkan anak-anak melalui inisiasi Kristiani kepada Tubuh Kristus - Tubuh Kristus dalam Ekarisit maupun dan dalam Tubuh Gereja- orang tua akan menjadi orang tua sepenuhnya: mereka tidak hanya membawa kehidupan dari badan tetapi juga kehidupan yang melalui pembaharuan Roh, yang mengalir dari Salib dan Kebangkitan Kristus. " [6]

Begitu banyak umat di seluruh dunia menyatakan terima kasih kepada St Josemaria atas kata-katanya yang memberi semangat kepada pasutri dan keluarga. Dengan kalimat yang diambil dari Kitab Suci Santo Josemaria mengatakan: "Dicite iusto quoniam bene, katakanlah kepada orang yang bijak bahwa dia sungguh berbuat baik (lihat Is 3:10).Kalian melakukan segala sesuatu dengan sangat baik, karena kalian tidak hanya melahirkan anak-anak ke dunia seperti hewan melahirkan. Kalian tahu bahwa anak-anak memiliki jiwa, dan bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian- kebahagiaan abadi atau hukuman abadi-dan kalian menginginkan anak kalian bahagia dalam hidup di dunia ini dan di akhirat nanti. Tuhan memberkati kalian! " [7]

Para anggota keluarga yang lain, terutama saudara-saudari yang lebih tua, kakek-nenek, dll, juga memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu mereka yang lebih muda untuk berkembang dalam iman dan dalam kehidupan Kristiani. Dan, di mana saja kita berusaha untuk menanamkan suasana Keluarga Nazaret, kita juga harus berjuang-melalui kesaksian hidup kita dan kata-kata yang tepat-untuk melaksanakan layanan persaudaraan ini, yang merupakan salah satu yang terpenting dari apa yang harus kita lakukan.

Namun, kita tidak boleh lupa bahwa dalam beberapa keluarga dan di tempat-tempat lain dimana para pemuda menerima pengajaran doktrin Kristiani, kadangkala benih-benih yang akan melemahkan atau bahkan memadamkan iman dapat masuk. Dengan rasa tanggung jawab, tanpa amarah atau putus asa, ibu dan ayah harus menjalankan kewajiban mereka dengan baik sebagai pendidik dalam iman. Tidaklah cukup mempercayakan anak-anak mereka pada sekolah yang memiliki kriteria doktrinal yang baik, atau puas bahwa anak-anak pergi ke tempat di mana pembinaan Katolik diberikan sesuai dengan usia setiap anak. Semua itu merupakan suatu bantuan, bantuan yang baik. Tetapi orang tua lah yang memikul tanggung jawab pertama-tama.

Bila Bapa Pendiri kita ditanya tentang topik ini, sering beliau memberi nasihat ini: "Kamu harus mempertahankan iman anak-anak dengan dua cara. Pertama, dengan hidup Kristiani kalian sendiri, dengan teladan. Dan kemudian, dengan doktrin, berupaya untuk mempelajari katekismus lagi. . . Dengan demikian, tanpa meletihkan anak-anak, kalian akan menanamkan doktrin yang baik dalam diri mereka. Dengan cara ini kalian akan menyelamatkan iman mereka. " [8]

Dari usia dini, anak-anak adalah saksi dari apa yang terjadi dalam keluarga. Mereka dengan cepat menyadari apakah orang tua berperilaku sesuai dengan apa yang mereka ajarkan, apakah orangtua mengurbankan diri dengan penuh sukacita untuk orang lain, apakah orang tua menanggung kekurangan orang lain dengan kesabaran dan pengertian, apakah orangtua siap untuk mengampuni dan memaafkan dan, bila perlu, untuk menegur dengan penuh kasih sayang tapi juga dengan jelas. Seperti kata Bapa Pendiri kita, "apa yang terjadi dalam keluarga mempengaruhi anak-anak untuk yang baik atau untuk yang jahat. Usahakanlah untuk memberi contoh yang baik, berusahalah untuk tidak menyembunyikan kesalehan kalian, berusahalah berbuat yang benar. Maka anak-anak akan belajar, dan mereka akan menjadi mahkota orang tua di usia lanjut. Kalian bagai sebuah buku yang terbuka bagi mereka. Oleh karena itu, kalian harus memiliki kehidupan batin, harus berusaha untuk menjadi orang Kristiani yang baik. Jika tidak, apa yang kalian usahakan untuk anak-anak atau untuk anak-anak dari teman-teman akan sia-sia belaka. " [9]

Untuk melaksanakan tugas yang pertama dan terbesar ini secara efektif, orang tua dan para pendidik lain perlu berusaha mendalami iman secara pribadi, melalui studi dan bantuan dari orang-orang yang memiliki persiapan yang solid, sehingga terang doktrin Gereja akan menerangi pikiran mereka dan membuat hati mereka membara. Semua ini akan tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari, dan kemudian anak-anak akan menerima kata-kata yang ditempatkan oleh Roh Kudus di bibir orang tua -melalui teladan dan nasihat- dengan baik, apabila anak-anak kelak mencari jalan Tuhan: Anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga akan bersukacita. Jiwaku bersukacita, jikalau bibirmu mengucapkan hal yang benar. [10]

Mengomentari kata-kata ini, Paus Francis mengatakan: "Tidak bisa mengekspresikan dengan lebih baik kebanggaan dan emosi seorang ayah yang melihat bahwa ia telah mewariskan apa yang benar-benar penting dalam hidup kepada anaknya: hati yang bijaksana. . . Seorang ayah tahu dengan baik bagaimana mewariskannya: dengan kedekatan, kelembutan dan ketegasan. Namun, betapa terhibur dan puas sang ayah bila anak-anak menghormati warisannya! Inilah sukacita yang adalah imbalan atas kerja keras, sukacita yang mengatasi segala kesalahpahaman dan menyembuhkan luka. " [11]

Walaupun segala upaya ini dilakukan, tak jarang- terutama di negara-negara tertentu- anak-anak masuk ke masa remaja seolah-olah disertai dengan hilangnya iman. Kebanyakan ini bukan soal penolakan iman, tapi karena sikap suam-suam kuku atau lalai dalam praktik-praktik keagamaan, karena ini dianggap sebagai paksaan dari luar (oleh ortu), yang merupakan kontras dengan suasana di sekolah, di universitas, atau di antara teman-teman mereka. Reaksi pertama dari orang tua Kristiani atau dari seorang kawan adalah berdoa lebih banyak untuk mereka, memperlakukan mereka dengan kasih sayang, dan berusaha memahami mereka. "Sebagai seorang Ibu Kristiani," Saint Josemaria berkata kepada seorang ibu yang khawatir akan anaknya, "dengan tepat Anda telah menggunakan sarana utama dan paling efektif untuk membantu mereka: doa. Berdoalah kepada Bunda Maria, yang memahami para ibu dengan baik, karena dia adalah Bunda Allah, Bundamu dan Bunda anak-anak Anda, serta Bunda saya.

"Kemudian berusahalah untuk menjadi sahabat baik bagi anak-anak Anda. . . Seringkali lebih baik jika para ibu tidak terlalu mendorong anak-anak mereka sendiri, karena mungkin anak-anak akan mengeluh bahwa Anda mengambil kebebasan mereka. Lebih baik melalui teman-teman mereka, sedikit demi sedikit, mereka akhirnya akan menjalankannya. . . Dan, dilindungi oleh doa-doa Anda, orang lain akan membantu anak-anak Anda, sehingga mereka akan kembali ke Gereja, dengan cinta. " [12]

Selain berdoa dan meminta nasihat, dan berusaha untuk membawa anak-anak kepada orang-orang seusia yang mampu membantu anak-anak itu, St Josemaria juga menyarankan agar orang tua berbicara dengan tenang dan damai dengan anak-anak, terutama saat mereka sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga anak-anak akan menyadari tugas mereka sebagai anak-anak Allah."Tanpa amarah, berbicaralah kepada anak-anak dengan tenang dan tulus, dari hati ke hati. Jangan berbicara dengan mereka semua sekaligus, tetapi satu per satu. Ibu harus berbicara dengan anak-anak perempuan. Meskipun kadangkala lebih baik dengan ayah. Anda mengenal mereka dan cara berpikir mereka dengan baik: Anda harus memperlakukan setiap anak menurut pribadi masing-masing, supaya adil. Berbicaralah, jadilah sahabat mereka. Mereka akan memahami Anda dengan baik, karena iman yang sama seperti yang Anda miliki masih hidup di hati mereka. Mungkin di atasnya ada tumpukan kotoran yang telah dilemparkan pada mereka. Bawalah mereka ke pengakuan dosa, dan Anda akan melihat semuanya beres. " [13]

Pagi ini saya akan merayakan Misa Kudus di gereja paroki yang didedikasikan kepada St Josemaría di Burgos.Ini adalah kota di mana Bapa Pendiri kita memulai lagi aktivitas kerasulan Opus Dei setelah meninggalkan Madrid pada masa perang saudara Spanyol. Mari kita berdoa setiap hari untuk buah spiritual di seluruh dunia, untuk persiapan ekspansi ke negara-negara baru, dan untuk semua kegiatan para pemuda-pemudi yang dilaksanakan di banyak negara, untuk melayani Gereja dan jiwa-jiwa. Dalam doa kita untuk mereka, mari kita juga berdoa bagi keluarga mereka.

Dan mintalah kepada Don Alvaro yang terkasih agar membantu kita untuk setia, dan semakin setia setiap hari .

Dengan penuh kasih sayang, saya memberkati kalian

+ Javier

Burgos, 1 Juli 2015

[1] Paus Francis, Audiensi umum, 25 Maret 2015.

[2] Missale Romanum, Misa Memorial Bunda Karmel, doa Collecta.

[3] Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik.Catechesis Tradendae, 16 Oktober 1979, no.68.

[4] Yes 59: 1.

[5] St. Josemaría, Jalan, no.586.

[6] St. Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik.Familiaris Consortio, 22 November 1981, no39.

[7] St. Josemaría, Catatan diambil di pertemuan keluarga, 18 Oktober 1972.

[8] Ibid.

[9] St. Josemaría, Catatan diambil di pertemuan keluarga, November 12, 1972.

[10] Amsal 23: 15-16.

[11 Paus Francis, Audiensi umum, 18 Februari 2015.

[12] St. Josemaría, Catatan diambil di pertemuan keluarga, 22 Oktober 1972.

[13] St. Josemaría, Catatan diambil di pertemuan keluarga, November 28, 1972.